DESAIN DAN DASAR PEMIKIRANNYA
.
Semua produk yang dibuat di Rumah Intaran tidak pernah didesain dengan pemikiran yang mendalam di atas coretan kertas, semua lahir dari persoalan dan kebutuhan. Kami hanya memberikan respon sederhana atas persoalan yang penyelesaiannya semua terinspirasi dari apa yang sudah ada di dekat-dekat kita.
.
Seperti halnya pembungkus botol yang terbuat dari anyaman bambu ini. Kami sangat senang karena saat ini produk ini dibuat begitu massif di desa-desa di Bali dan karenanya membuka begitu banyak lapangan pekerjaan dan membantu memperpanjang usia produk untuk tidak terburu-buru menjadi โsampahโ. Di beberapa produk yang dibuat oleh masyarakat, acapkali kami masih melihat ada kesalahan teknik yang digunakan, tetapi itu tidak persoalan. Kami bahkan sudah membuatkan video tutorialnya supaya paling tidak masyarakat punya panduan untuk membuatnya (link bisa dibuka di sini: https://www.youtube.com/watch?v=oYkyAEQkopo&t=8s). Kemarin ada sebuah pertanyaan, dari mana ide itu didapatkan?
.
Perlu kami jelaskan bahwa ini bukan ide kami. Rumah Intaran juga bukanlah desainernya. Kami hanya mengembangkannya. Begini ceritanya:
.
Saat masih tinggal di Denpasar, kami sering pulang ke Singaraja dan kembali ke Denpasar dengan membawa berbagai jenis cairan buatan ibu kami seperti minyak kelapa, susu kedelai, kadang loloh kunyit, tuak manis dan sebagainya. Dalam perjalanan seringkali botol kaca saling beradu dan menimbulkan suara yang sangat mengganggu perjalanan. Awalnya solusi kami adalah mengganjal botol-botol tersebut dengan sabut kelapa, tetapi sepertinya itu sangat tidak praktis dan makan tempat.
.
Tanggal 27 April 2012, kami berkunjung ke Rumah Jro Mangku Artada di Desa Tamblang dan menemukan botol yang dibungkus dengan anyaman bambu (Foto di sebelah kiri). Ingatan kami langsung melayang ke sangkepan-sangkepan di Desa Tamblang pada masa lalu, di mana Sekeha Desa Negak (DPR-nya desa) membawa tuak dengan botol yang dibungkus seperti itu. Tetapi baru di tahun 2016 kami minta Ketut Erawan (Foto tengah) untuk mengembangkan desain produk ini dan menghasilkan foto di sebelah kanan.
.
Ketut Erawan sendiri bagi saya adalah artisan serba bisa. Ia bisa menganyam produk apa saja dari hanya melihatnya beberapa menit saja. Kami sudah bekerjasama dengannya sejak tahun 2012 yang dimulai dari sebuah pertemuan tidak sengaja di desanya di Desa Julah. Selain menganyam, Tut Nik panggilannya juga bisa memasak, berkebun, berketukangan dan segala macam life skill manusia tradisional lainnya.
.
Botol-botolnya sendiri kami beli dari Pak Irfan, seorang pengepul botol bekas di Jalan Patimura Singaraja. Kebetulan pada saat itu kami sedang senang-senangnya berksperimen dengan botol. Awalnya dengan botol temulawak yang pendek, tapi karena ketersediaan sangat terbatas, kami sempat menggunakan bekas botol alkohol seperti Mansion House dan Vodka yang memang banyak sekali ada di gudangnya.
.
Singkat cerita, setelah dianyam ternyata botolnya menjadi sangat eksotik dan melebihi pengharapan kami dan menarik perhatian banyak orang. Selain indah, sejak saat itu bunyi denting botol dalam perjalanan tidak pernah lagi terdengar. Suara denting botol sebenarnya juga indah, tetapi suara denting botol dalam perjalanan sungguh mengkhawatirkan, dan karena alasan itulah kemudian bungkus botol ini ada.
Mention buynears.com when calling seller to get a good deal
Bids